
Suatu ketika seorang khalifah pergi berburu masuk ke hutan belantara bersama seorang pengawalnya, hanya berdua.
Di tengah belantara hutan, mereka dihadang seekor singa yang liar dan lapar.. hendak menerkam, maka berkatalah sang khalifah kepada pengawalnya,
Khalifah: Cabut pedangmu Hadapi singa itu, bunuh dia..!
Pangawal: (Gemetar badannya karena rasa takut yang sangat). Sambil memelas pengawal berkata, Maaf Khalifah saya tidak berani.
Khalifah: Ya sudah, kalau engkau tidak berani pegang kudaku, lalu sang khalifah turun dari kudanya dan meghunus pedang dari sarungnya seorang diri menghadapi singa buas itu.
Singa itu menerkam hingga terjadi perkelahian, singkat cerita terbunuhlah singa itu. Lalu merekapun melanjutkan perjalanannya. Dikemudian hari.. Pengawal tersebut pun berkata.
Yang aku kagum dari khalifah, salah satu dari tiga yang aku tidak tahu dari tiga ini mana yang lebih besar dari yang lain (Karena ketiganya sama-sama besar).
Yang pertama adalah keberanian khalifah, seorang diri menghadapi singa liar hingga membunuhunya, kehebatan beliau main pedang dan ketangguhannya menunjukkan keberaniannya;
Kedua beliau tidak mencelaku, beliau diam seakan tak pernah terjadi apa-apa, tak satu katapun ke luar dari ucapan khalifah yang merendahkanku.
Ketiga diamnya beliau sampai kembali ke istana tidak menceritakannya kepada siapapun..
dan ini adalah akhlak yang agung.
Layaknya seseorang jika menghadapi peristiwa seperti itu tentu akan terpancing cerita begini.. begitu.. dan seterusnya.. Tapi khalifah tidak demikian. As-syahid kisah ini mengandung pelajaran agar seseorang tidak bangga dengan kemampuan yang ada pada dirinya, baik dalam ilmu, amalan, keberanian dan kelebihan lainnya.